Beberapa hari lalu seorang kawan lama mengirim sebuah video tentang kisah Rasulullah SAW. Kisahnya adalah saat Baginda SAW bersama anak angkatnya berdakwah ke Tha’if dan menerima penolakan bahkan diiringi dengan penyerangan yang mengakibatkan dirinya terluka. Menghadapi penolakan itu beliau pun berdoa di antaranya ‘Allahumma ilaika asykuu dho’fa quwwati, wa qillata hiilati, wa hawaanii ‘alan naas…..’. Artinya ‘Ya Allah aku mengadukan kepada-Mu lemahnya kekuatanku, sedikitnya upayaku, dan rendahnya (diriku) dalam pandangan manusia…..’.
Ibrah yang diambil dari kisah ini adalah bagaimana Nabi SAW menyalahkan dirinya, kekuatannya, lemahnya usaha, atau semua tentang dirinya sendiri. Mengapa demikian? Karena memang hanya diri sendirilah yang masih bisa dalam kendali. Sementara orang lain di luar kendali, sehingga tidak dikeluhkan Nabi SAW kepada Tuhannya.
Mengapa saya menukil kisah di atas, karena ibrah dari kisah itu relevan dengan kondisi kita saat ini yang dalam cobaan atau tekanan. Menteri Keuangan dalam suatu kesempatan menyampaikan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2020 yang diperkirakan berada diteritori negatif. Kondisi itu didorong oleh kasus Covid-19 yang masih eskalatif, dan ketidakpastian global yang memberi risiko pada perekonomian.
Kontraksi perekonomian yang sudah dimulai sejak Kuartal II atau bulan Maret, hingga saat ini masih belum jelas kapan akan berakhir. Lalu bagaimana caranya bangsa ini bisa lepas dari situasi sulit? Mari kita belajar dari doa Rasulullah SWA tadi. Selama ini terpuruknya ekonomi nasional selalu dikaitkan dengan kondisi global maupun pandemi. Hal itu memang benar, tapi jangan sampai kondisi di luar kendali tersebut mengunci upaya pemulihan ekonomi.
Syukurnya pemerintah concern dalam meningkatkan kontributor utama ekonomi nasional seperti konsumsi masyarakat di sisi demand, dan industry di sisi supply melalui program Pemulihan Ekonomi nasional (PEN) yang digagas sejak Maret lalu. Pemerintah berupaya menyelamatkan ekonomi nasional dengan meluncurkan stimulus yang mencakup bidang kesehatan, perlindungan sosial, dan dukungan bagi dunia usaha.
Upaya pemulihan ekonomi itu tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sekitar Rp695 Triliun lho. Alhamdulillah pemerintah dan Bank Indonesia (BI) kompak untuk berbagi beban, dengan skema public goods yaitu menyangkut hajat hidup orang banyak seperti bidang kesehatan, perlindungan sosial, serta sektoral kementerian/lembaga (K/L) dan Pemda, maupun nonpublic goods yang menyangkut dunia usaha seperti pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Sekarang apa yang ada dalam kendali diri kita masing-masing? Mari kita disiplin dengan diri sendiri dan yang berada di luar kendali diri kita biarkan. Kita bisa mulai dengan hal terkecil seperti berdisiplin 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), mulai dari diri sendiri, dan mulai dari sekarang. Pemerintah-BI saja sudah membagi beban, jangan sampai diri kita malah menjadi tambahan beban.
Wallahu
a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar