Rabu, 23 Oktober 2019

Menuju Bea Cukai yang Sakinah Mawaddah wa Rahmah

Sepertiga hidup kita di kantor
.
Beberapa hari yang lalu saat sedang merapikan meja kerja, Saya mendapati beberapa undangan pernikahan pegawai. Sepintas tidak ada yang aneh, namun saat memeriksa satu persatu undangan itu saya menemukan suatu kesamaan. Mempelai dan keluarga, alamat, hingga tanggal resepsi pasti berbeda tiap undangan, hanya satu yang relatif tidak berubah, yaitu ayat pernikahan (QS Ar Ruum 30: 21) :
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”.
.
Dari ayat pernikahan itu, masyarakat mendoakan mempelai dengan: ”Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah”. Saya tidak sedang mengkaji keshahihan doa tersebut, namun Saya ingin mengaitkan doa kepada pasangan pengantin dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (bea cukai). Ulasannya pun disesuaikan dengan memulai membahas mawaddah, rahmah, lalu kemudian sakinah.
.
Kenapa Saya menyamakan doa mempelai menjadi doa Kita dengan Bea Cukai? Bila melihat porsi hidup sehari-hari, hampir sepertiganya dihabiskan untuk bekerja di kantor yaitu mulai 07.30 hingga 17.00. Mungkin ada yang berpendapat kurang dari sepertiga, karena sabtu dan minggu adalah hari libur.
.
Perlu diperhatikan bahwa terkadang beberapa orang menghabiskan waktunya di kantor lebih dari jam 17.00 atau datang lebih awal dari 07.30.perlu diingat juga, rekan-rekan yang berkantor di luar homebase-nya yang otomatis mengurangi kebersamaan dengan keluarga. Hal-hal itu lah yang menjadi pengurang dan penambah rata-rata interaksi Kita dengan pekerjaan yang di kisaran sepertiga atau 8 jam sehari.


Bea Cukai yang Mawaddah
.
Ulama sebagian mengartikan mawaddahsebagai perasaan cinta yang lahir dari tampilan fisik. Hal itu wajar, bahkan dalam suatu hadist menjelaskan bahwa ‘seorang laki-laki menikahi seorang wanita karena 4 perkara. Bea cukai saya personifikasikan sebagai wanita karena kemampuan multitasking-nya,  yaitu mempunyai 3 tugas dan fungsi yang semuanya saling bertolak belakang.
.
Menurut ahli, wanita piawai ber-multitasking karena sekat antara otak kanan dan kirinya (corpus collosum) lebih tebal 3 kali dari pada laki-laki. Tidak heran sering dijumpai wanita melakukan kegiatan memasak, mengurus anak, bahkan  menonton infotaintment pada waktu yang bersamaan. Berbeda dengan laki-laki yang rata-rata tidak sanggup melakukan pekerjaan rumah tangga sekaligus.
.
Kembali ke laptop, 4 hal yang menjadi pertimbangan laki-laki menikahi seorang wanita tadi adalah hartanya, keluarganya, kecantikannya, dan agamanya. Pertama hartanya, terkadang seorang laki-laki mempertimbangkan hal ini. Namun demikian harta tidak melulu diartikan sebagai kekayaan, bisa juga diartikan dengan pendidikan. Bila diibaratkan sebagai bea cukai, maka remunerasi yang relatif lebih baik dibanding kementerian/lembaga (K/L) lain diyakini menjadi referensi yang utama.
.
Demikian juga dengan pendidikannya, bea cukai mempunyai jenjang pendidikan dan pelatihan yang cukup mapan. Tidak hanya menyediakan pendidikan yang bertujuan mengembangkan kompetensi kerja, namun juga memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan umum dalam bentuk beasiswa.
.
Kedua keluarganya, dimana semua pasti menginginkan sang calon berasal dari keturunan baik-baik. Pun demikian bea cukai, yang merupakan salah satu unit eselon satu di bawah Kementerian Keuangan. Citra kemenkeu yang mempunyai kinerja baik dan sudah tereformasi, tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang untuk bergabung.
.
Ketiga kecantikannya, ada ungkapan ‘cantikmu mengalihkan duniaku’ yang dialami banyak laki-laki. Bagaimana dari banyak wanita, hanya dia yang mencuri perhatian. bea cukai juga demikian, mungkin ada sebagian yang tertarik disebabkan karena doktrin semi militer yang membentuk jiwa disiplin para pegawainya. BC sendiri adalah satu dari sedikit institusi sipil negara yang menggunakan seragam selain TNI/Polri.    
.
Keempat agamanya, ada juga yang mengartikan sebagai akhlak. Kesamaan akidah menjadi prioritas utama dalam pernikahan bagi banyak orang, namun akhlak mulia juga menjadi faktor penting. BC dalam beberapa tahun terakhir telah mereformasi dirinya menjadi lebih baik. Program penguatan reformasi seperti penertiban impor, cukai, dan ekspor berisiko tinggi terus dilakukan. Bahkan pimpinan tertinggi BC pada tahun 2017 mendapatkan penghargaan anti korupsi atau Muhammad Hatta Award.
.
Bea cukai yang Rahmah
.
Rahmah’ bagi sebagian ulama dimaknai sebagai rasa cinta yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam atau ketulusan hati. Rahmah’ dapat pahami melalui konsep rahim, dimana wanita rela menderita selama 9 bulan lebih karena cintanya yang dalam pada bayi. Hal ini menjadikan cinta tidak hanya karena tampilan fisik yang ada masanya. Karena wanita yang cantik jelita atau lelaki yang gagah perkasa, akan berubah menjadi tua renta pada waktunya.
.
Bea cukai tidak selalu berada di situasi yang aman-aman saja. Bea cukai juga mengalami pasang surut kehidupan, yang bila tidak ada sifat ‘rahmah’ pegawainya mungkin sudah dipandang sebelah mata oleh masyarakat. akan tetapi, sifat ‘rahmah’ yang tertanam di hati para pegawainya membuat bea cukai terus dapat berkarya dan berkiprah lebih jauh.
.
Bea cukai terus berkembang siiring kemajuan teknologi dan menolak untuk ditelan jaman. Apa yang terjadi dengan Nikon, Blackberry hingga Uber yang menjadi korban modernisasi di semua lini, menjadi penyemangat bea cukai untuk terus maju.
.
Bea Cukai yang Sakinah
.
Sakinah dalam beberapa terjemahan diartikan sebagai tenteram ataupun ‘tenang’. Namun tenang di sini menurut ulama berbeda dengan tenang dalam arti tuma’ninah, yang merupakan ketenangan yang didapatkan dari ibadah. Sebagaimana shalat yang gerakannya seperti ruku’,  harus dikerjakan dengan tuma’ninah atau dilakukan sampai jiwa merasa tenang.
.
Sakinah menurut sebagian ulama berarti ketenangan yang lahir setelah melewati proses gelombang persoalan.  Ketenangan dalam sakinah di ibaratkan ketenangan pada daun atau ranting yang sebelumnya di tiup angin, atau ketenangan sebuah kapal yang selesai menghadapi badai dan ombak. Hence, arti dan nikmatnya ketenangan akan terasa saat sesuatu (angin atau badai) selesai menerpa.
.
Seperti kehidupan rumah tangga maka pun demikian dengan Bea Cukai, sudah berapa banyak gelombang persoalan yang dihadapi sampai saat ini. Bahkan bisa jadi tidak akan pernah selesai dan terus menjadi makanan sehari-hari bagi pejabatnya. Namun harus kita akui bahwa saat satu persoalan selesai dihadapi, terdapat kenikmatan tersendiri yang dirasakan.
.
Saya ambil contoh persoalan penerimaan, yang merupakan salah satu tugas dan fungsi bea cukai sebagai revenue collector. Bagaimana persoalan penerimaan muncul sebagai akibat dari persoalan ekonomi nasional, regional hingga internasional. Bahkan pada penerimaan cukai, bea cukai harus mampu menyeimbangkan peran cukai sebagai fungsi pengendalian di satu sisi namun juga dituntut fungsi penerimaan di sisi lain.
.
Sakinah hasil dari mawaddah wa rahmah
.
Bea cukai pernah merasakan suasana yang ‘sakinah’ pada saat berhasil melewati target penerimaan pada APBN 2 tahun terakhir, yaitu 2017 dan 2018 yang masing-masing 101,6 persen dan 105 persen. Kinerja positif penerimaan tersebut dicapai dengan upaya yang tidak mudah, karena dibayangi kegagalan mencapai target pada 2 tahun sebelumnya. Perasaan ‘mawaddah wa rahmah’ yang tertanam pada diri setiap pegawai, mampu menggerakkan sifat pantang menyerah dan kerja keras demi mencapai target yang diamantkan.
.
Pada tahun 2019, bea cukai kembali diterpa persoalan penerimaan. Kondisi perekonomian global sedang tidak kondusif, sebagai buntut dari perselisihan dagang dua negara adidaya dan diperburuk situasi geopolitik yang masih memanas. Sebagai negara dengan sistem ekonomi terbuka Indonesia jelas terdampak, yang diindikasikan dengan stagnannya pertumbuhan ekonomi nasional.  
.
Penerimaan kepabeanan dan cukai sangat dipengaruhi kondisi global, terutama penerimaan bea masuk (BM) dan bea keluar (BK) yang salah satu faktor fundamentalnya adalah kinerja impor dan ekspor nasional. Melambatnya perdagangan dunia berpengaruh pada melambatnya aktifitas impor, yang berakibat tertekannya penerimaan BM.
.
Perang dagang juga memberikan dampak negatif terhadap kinerja ekspor, terutama ekspor komoditas. Kondisi itu diperburuk dengan pelemahan harga komoditas sebagai imbas turunnya permintaan global. Alhasil penerimaan BK yang sebagian besar berasal dari ekspor komoditas, mendapat hantaman keras dari kedua kondisi tersebut.
.
Penerimaan cukai yang merupakan sumber penerimaan kepabeanan dan cukai terbesar, mengalami situasi yang tidak jauh berbeda. Perekonomian nasional yang terkena dampak perlambatan ekonomi dunia, mempengaruhi permintaan akan barang kena cukai terutama rokok yang semakin menurun pertumbuhan produksinya, meskipun di satu sisi menjadi sinyal baik pengendalian.  
.
Mengatasi persoalan tersebut, sifat dan rasa mawaddah wa rahmah jelas sangat dibutuhkan saat ini. Kecintaan kepada institusi perlu diterjemahkan dengan sikap kerja keras, peningkatan efektifitas pelayanan dan pengawasan dalam mengamankan target penerimaan. Meski dianggap sepele, namun rasa cinta kepada institusi atau korsa, kini menjadi faktor penting dalam menggali dan memaksimalkan potensi penerimaan.
.
Upaya – upaya ekstra, bukti ‘mawaddah wa rahmah’, terus diperkuat antara lain seperti joint program hingga Penertiban Impor, Cukai, Ekspor Berisiko Tinggi (PICE-BT). Sistem teknologi dan informasi selalu dikembangkan guna mendukung dan mengefektifkan upaya – upaya tadi, melalui pembangunan Smart Customs – Excise dan Smart Information.
.
Semoga saja wujud rasa cinta dan kasih dalam ‘mawaddah wa rahmah’ tadi, mampu memaksimalkan semua potensi yang ada baik kinerja maupun penerimaan. Sehingga target penerimaan kepabeanan dan cukai yang diamanatkan pada APBN Tahun 2019 dapat kembali ‘sakinah’ sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, amin.
.
Wallahua’lam.

Stop Import, The Dream That (never) Comes True

President Joko Widodo ordered to echo hatred for foreign products when he opened the 2021 Ministry of Trade meeting. Mr. President also want...