Senin, 22 Januari 2018

Pejabat rasa pengusaha

Pejabat rasa pengusaha
Oleh: gatotpriyoharto

Paul Krugman, seorang ekonom Amerika Serikat peraih Nobel pernah berkata bahwa ‘a country is not a company’. Hmmmm agak student nih bahasanya, kalau pinjam istilah Direktur Saya. Tetapi memang menurut Saya, apa yang dikatakan Om Krugman ini ada sedikit keterkaitan dengan apa yang sedang terjadi di suatu negera.
.
Negera tersebut saat ini memiliki banyak pejabat pemerintahan yang berasal dari kalangan pengusaha. Mulai dari ketua partai, menteri bahkan Presidennya. Memang sih, tidak ada yang salah dan tidak ada larangan juga yang menyatakan bahwa pengusaha tidak boleh terjun ke dunia politik.
.
Mungkin memang banyak juga dari kita, yang melihat keberhasilan mereka dalam mengelola bisnis ataupun perusahaan besarnya sebagai pembanding. Bagaimana mereka berhasil mengelola dan mengatur tenaga kerjanya yang berjumlah ribuan dengan sukses.
.
Sejauh pengetahuan Saya yang masih cethek, bahwa pengusaha itu pemikirannya berorientasi pada 'open system world of business' dengan ciri khasnya yang pragmatis. Padahal dalam mengelola suatu negara diperlukan pemikiran 'closed system of a national economy' yang merupakan ciri-ciri pemikiran ekonom, yaitu dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku umum.
.
Contoh mudahnya adalah dalam segi tenaga kerja. Perusahaan dengan sistem ekonomi terbukanya, apabila menghadapi kelesuan keuangan maka akan berpikir untuk melakukan pengurangan pekerja sehingga diharapkan dapat mengurangi beban keuangannya. Dan akhirnya......case closed.
.
Namun dalam mengelola sebuah negara, pemikiran praktis tidak bisa dilakukan begitu saja. Sebuah negara, meskipun sedang mengalami kelesuan ekonomi tidak boleh berstrategi (a la pengusaha) dengan misalnya mengurangi belanja negara saja. Akan tetapi harus berpikir komprehensif bagaimana dampak makronya terhadap konsumsi masyarakat dan pengaruhnya terhadap PDB nasionalnya.
.
Bisa kita lihat lagi contoh kedua, mengenai pandangan mereka terhadap investasi dan trade balance atau neraca perdagangan. Pengusaha percaya bahwa ketika sebuah negara yang mendapat banyak uang dari investor kemudian membangun banyak pabrik, maka secara otomatis akan mempengaruhi keseimbangan keuangan negara menjadi surplus.
.
Tapi bukankah trade balance merupakan bagian dari balance payment? Karena ketika investor luar negeri membangun pabrik, mereka selanjutnya tentu akan mengimpor banyak peralatan dan perangkat pendukung lainnya. Sehingga pasar domestik akan naik dan cenderung meningkatkan impor untuk menunjangnya. Bila aktivitas impor menjadi lebih tinggi maka akan mempengaruhi mata uang domestik, yaitu terdepresiasi serta mengakibatkan inflasi.
.
Namun demikian, alhamdulillah negara tersebut mampu mengelola keuangannya dengan prudent dan kredibel. Sehingga investasi tersebut dapat terkelola dengan wise dan kekhawatiran atas kelesuan nilai tukar maupun tingkat inflasi dapat terjaga dan tidak terlalu lebar bahkan surplus pada neraca perdagangannya.
.
Bagaimana dengan kementerian tetangganya, yang berinisiatif untuk mendatangkan bahan makanan pokok dengan alasan menjaga stok nasional namun dengan data yang kurang akurat. Karena ternyata ada 2 versi data stok, yang satu mengatakan akan kekurangan stok dan panen raya masih di bulan maret sedang yang satu lagi menyatakan stok cukup dan panen raya ada di akhir januari dan februari sehingga relatif masih aman.
.
Disinilah letak perbedaan pemikirannya, dengan pemikiran sebagai pengusaha, pasti akan berstrategi secara cepat mengatasi masalah tersebut. Scope pemikirannya yang (ekonomi) tertutup kurang menyadari efek lanjutan dari kebijakannya. Seperti bagaimana dengan kondisi petani yang berharap panennya akan dihargai dengan harga yang bagus, namun terancam gagal karena pasar sudah banjir stok.
.
Dari dua kejadian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa seorang pelaku bisnis yang sukses tidak otomatis akan mudah menghadapi masalah (perekonomian) negara. Karena pebisnis memiliki perbedaan pengalaman dalam menangani masalah ekonomi apabila dibandingkan dengan ekonom atau negarawan.
.
Mereka terbiasa dengan sistem ekonomi terbuka yang nyaman daripada sistem ekonomi negara yang cenderung ekonomi tertutup. Sebuah negara yang dikelola secara visi perusahaan, dikhawatirkan tidak akan dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan hak-hak warganya.
.
Banyak pemerintahan yang secara intensif mengajak investor untuk datang dan berbisnis di negaranya. Memang para investor telah membuat pasar domestik menjadi lebih menarik dan ekonomi berkembang. Dengan pasar domestik yang semakin diminati, pemerintah dan banyak pebisnis lainnya cenderung mengisi permintaan pasar dengan mengimpor dari luar negeri. Bila saya sebagai warga negaranya tentu ikut gembira karena penerimaan negara akan bertambah.
.
Tapi yang menjadi concern saya adalah, bagaimana pemerintah tersebut dapat mengurus warga negaranya sebagai prioritas utama. Saya percaya negara itu diisi oleh orang-orang yang mempunyai kapasitas luar biasa dan sangat mencintai negerinya. Tinggal bagaimana meningkatkan kemampuan domestik dan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki oleh negara tersebut, lebih dari sekadar mengundang orang asing untuk masuk.


Tulisan ini merupakan pendapat pribadi dan tidak mewakili pendapat institusi tempat penulis bekerja.

Tautan bermanfaat:
https://www.antaranews.com/berita/679405/jangan-perdebatkan-lagi-impor-beras
https://news.detik.com/kolom/3819360/perlukah-impor-beras-saat-ini#main

Jumat, 05 Januari 2018

Kisah Klasik Untuk Masa Depan (bukan SO7)

Kisah Klasik Untuk Masa Depan (bukan SO7)
Oleh: gatotpriyoharto

Alhamdullah tahun 2017 sudah bersama-sama dilewati dengan semua peristiwa dan drama yang terjadi. Kalau jomblowers lewatinya sama siapa ya? Namun demikian, sepertinya tahun 2017 merupakan tahun yang istimewa bagi keluarga besar bea cukai. Mengapa demikian? Karena tahun itu untuk pertama kalinya dalam 3 tahun terakhir bea cukai berhasil meraih prestasi yang bisa dibilang membanggakan. Yak, bea Cukai pada akhirnya berhasil mencapai penerimaan yang melebihi target yang ditetapkan. Hebatnya lagi bea cukai melakukannya dengan treble lho, kayak MU gitu (GGMU) ..... alias surplus di ketiga sumber penerimaan yaitu Bea Masuk, Bea Keluar dan Cukai. Boleh tepuk tangan kok....???

Kisah manis ini berawal dari cita-cita para pimpinan dan senior bea cukai yang memimpikan mereformasi bea cukai menjadi sebuah institusi yang modern. Keinginan mulia beliau-beliau yang begitu kuat hingga akhirnya berhasil membentuk Tim Penguatan Program Reformasi Kepabeanan dan Cukai (TPRKC) di akhir tahun 2016. Tidak berhenti disitu gan, mimpi itu dilanjutkan dengan penyempurnaan sistem manajemen kinerja, dengan membuat inisiatif strategis yang didukung dengan program-program terobosan, hingga diimplementasikan dengan rencana-rencana aksi.

Sebagai makhluk sosial, tentu manusia tidak dapat hidup sendirian toh? Busway saja ada yang berdua busnya, hehehe. Nah hal tersebut lah yang menjadi dasar pemikiran bahwa bea cukai harus dapat bekerja sama dengan instansi-instansi lain dalam mewujudkan mimpi indahnya. Sadar bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsinya, bea cukai yang hampir selalu atau kerap berhubungan bahkan bergesekan dengan para pengampu kepentingan lainnya. Maka dengan keinginan yang tulus, bea cukai di bawah koordinasi Menteri Keuangan berhasil mengajak Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung, KPK, PPATK dan Kantor Staf Kepresidenan untuk melakukan komitmen bersama. Tuh beliau-beliau aja berani komitmen, masa kalian pacaran aja, merit dong.

Waktu itu, hari rabu tanggal 12 Juli 2017 bea cukai juga sekaligus mencanangkan program Penertiban Impor Beresiko Tinggi (PIBT) dan Penertiban Cukai Beresiko Tinggi (PCBT) bersamaan dengan deklarasi komitmen bersama. Program yang menjadi tonggak bersejarah hijrahnya bea cukai menuju bea cukai yang makin baik dengan mengusung tagline “legal itu mudah”.

Tidak hanya koordinasi keluar kementerian saja, bersama saudara tuanya DJP, bea cukai juga berusaha untuk menjalin kerjasama yang kuat. Bermacam program dilakukan mulai dari joint analysis dan audit hingga integrasi proses bisnis. Meskipun dilakukan secara bilateral, namun hasil yang diperoleh seperti single identity dan business profile bisa dinikmati oleh instansi di luar Kementerian Keuangan. Tuh, kita baik orangnya kan?

Sejalan dengan semangat hijrah itu, fungsi pengawasan juga melakukan tugasnya dengan hasil pencapaian yang luar biasa. Berbagai penindakan telah berhasil dilakukan mulai dari narkoba, barang-barang terkait terorisme serta kejahatan internasional, peredaran BKC ilegal hingga flora dan fauna yang dilindungi. Bahkan bila dilihat dari jumlah penindakannya, ternyata selalu meningkat setiap tahunnya. Mulai dari 10.009 kasus di tahun 2015, meningkat menjadi 14.890 kasus di tahun 2016 dan melonjak menjadi 24.036 kasus di tahun 2017. Emejing pokoknya.........

Btw, pernah dengan istilah EODB kan masbro dan mbasis? Yak, EODB atau Ease of Doing Business  adalah survey tahunan yang dilaksanakan Bank Dunia yang mencerminkan daya tarik investasi dari segi kebijakan pemerintah. Presiden Jokowi dalam suatu kesempatan jumpa pers sempat membanggakan peringkat EODB Indonesia yang sekarang ada di posisi 72. Nah menurut Bank Dunia, bea cukai berkontribusi dalam pencapaian tersebut, yaitu terkait sistem single billing/single payment dalam pembayaran BM dan PDRI yang dianggap sebagai kunci kinerja trading across border alias perdagangan lintas negara.

Disektor industri pun bea cukai juga berusaha berperan aktif sesuai fungsinya sebagai “industrial assistance” dengan memberikan insentif fiskal maupun prosedural. Beberapa fasilitas yang naik daun di tahun 2017 seperti Authorized Economic Operator (AEO), Pusat Logistik Berikat (PLB) hingga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) meningkat jumlah penerimanya. Industri Kecil Menengah (IKM) pun juga tak luput dari perhatian, yaitu dengan menginisiasi klinik bersama pelayanan impor dengan instansi terkait dengan sistem yang terintegrasi.

Kesungguhan dan keikhlasan serta kerja keras jajaran bea cukai dalam melakukan reformasi akhirnya berbuah manis dan tercermin dalam pencapaian target penerimaan yang diamanatkan dalam APBN-P 2017. Dampak PIBT yang menumbuhkan kepatuhan para pengguna jasa berhasil meningkatkan taxbase pembayaran BM dan PDRI, ditambah kenaikan jumlah IKM dan investasi.

Joint analysis bersama DJP yang menambah penerimaan extra effort berhasil meraih prestasi membanggakan dengan meraih penghargaan dari Wakil Menteri Keuangan atas hasil yang diraih. Pengawasan efektif yang disertai fasilitasi kepada industri yang maksimal, telah membuat atmosfer yang kondusif bagi dunia usaha dan masyarakat sehingga perekonomian berjalan relatif stabil.

Dan kado indah itu pun hadir diakhir tahun, dengan terlampaunya capaian penerimaan bea cukai yang selama ini selalu jadi momok. Capaian penerimaan pada tahun 2015 hanya berhasil meraih 92.1 persen dari target, yang hanya mampu diperbaiki pada tahun 2016 dengan mengumpulkan penerimaan sekitar 97.3 persen target. Namun akhirnya pada tahun 2017 berhasil melewati target yang Rp. 189.14 T sebesar 101.7 persen atau senilai Rp. 192.28 T.

Capaian itu tentu bukan tanpa cerita atau usaha, tapi capaian itu merupakan manifestasi dari butir-butir keringat para pegawai bea cukai yang tersebar di seluruh penjuru tanah air tercinta. Kisah ini menjadi sempurna dengan penghargaan yang diberikan kepada pemimpin tertinggi DJBC, berupa “Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA)” kepada bapak Heru Pambudi. kereeeeen

Well tahun 2017, tahun yang penuh tantangan dan kerja keras telah usai, namun kerja belum selesai guys. As wise man says, “mempertahankan itu lebih sulit daripada mendapatkan, dan menjaganya jauh lebih sulit daripada mempertahankan”. Semoga semua kerja keras dan jerih payah rekan-rekan semua diberkahi Allah SWT, dan dapat dijadikan pengalaman berharga serta bisa menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan. Aamiin.

Sumber:
# kaleidoskopbeacukai2017
#rafiqpsmtpenertibanimporborongan

Stop Import, The Dream That (never) Comes True

President Joko Widodo ordered to echo hatred for foreign products when he opened the 2021 Ministry of Trade meeting. Mr. President also want...