Rabu, 08 Mei 2019

Menuju Bea cukai era 4.0 dengan Indonesia Smart Customs and Excise (ISCE)


Bea cukai modern
.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atau mahfum dikenal dengan Bea cukai, dimata masyarakat selalu identik dengan pelabuhan, bandara, ekspor-impor, narkoba, hingga penyelundupan. Tak ayal cap sebagai pekerja lapangan atau blue collar, meskipun berada di bawah naungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), melekat pada institusi ini..
Bea cukai memang unit eselon 1 Kemenkeu yang bermahzab semi militer. Seragam berwarna biru dongker lengkap dengan atribut pangkat, serta kewajiban mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) kesamaptaan menambah kesan wibawa (bila tak mau disebut angker). 
.
Banyak yang belum mengetahui bahwa Bea cukai tidak melulu melakukan pengawasan, seperti patroli laut, pengawasan perbatasan, hingga pencegahan penyelundupan. Tugas pengawasan atau community protection hanya merupakan salah satu dari 4 (empat) tugas dan fungsi Bea cukai, yaitu industrial assistance, trade facilitation, dan revenue collection.
.
Masyarakat mungkin tidak tahu bahwa ada andil Bea cukai pada peningkatan peringkat ease of doing business (EODB) Indonesia yang kini di posisi 73. Ditambah lagi penyediaan fasilitasi yang mendorong produktifitas industri terutama kinerja ekspor nasional. Bahkan mungkin belum banyak yang sadar bahwa Bea cukai berkontribusi hampir 25 persen dari total pendapatan negara di tahun 2018 lalu.
.
Bea cukai menyadari bahwa organisasinya harus terus berkembang dan berinovasi, bila tak ingin tergerus kemajuan zaman. Bea cukai tidak ingin seperti Blackberry atau Kodak yang pernah berjaya namun sekarang sudah ditinggalkan. Organisasi ini harus segera mengakrabkan diri dan fleksibel bekerja dengan kemajuan teknologi yang merupakan keniscayaan.
.

Penerapan kemajuan teknologi dalam proses bisnis sudah diterapkan oleh Bea cukai. Penerapannya tentu bukan hanya dengan mengelektronikkan proses yang sudah ada. Pengembangkan sistem informasi juga tidak hanya berorientasi pada efisiensi atas proses bisnis, namun juga harus mampu melihat kebutuhan seluruh stakeholder sebagai konsumen dari multi dimensi. Alhasil, sistem yang dikembangkan diharapkan mampu menciptakan potensi partisipasi/kolaborasi, kreasi pengembangan bisnis baru, serta berkomunitas.
.
Konsep Indonesia Smart Customs and Excise (ISCE) mulai diperkenalkan Bea cukai sebagai jawaban mengantisipasi kemajuan teknologi termasuk era industrialisasi 4.0. ISCE merupakan konsep Big Data berisi informasi ekspor-impor maupun cukai yang terintegrasi.
.
Mekanisme ISCE 
.
Konsep ISCE berangkat dari proses collecting data yang dilakukan melalui portal Indonesia National Single Window (INSW). Data tersebut tentunya didapat dari berbagai kementerian/lembaga (K/L) yang informasinya dikelola oleh INSW. Data yang terkumpul selanjutnya diintegrasikan dan diproses lebih lanjut pada platform Big Data. 
.

Disaat yang sama, Big Data mengumpulkan atau menerima data yang berasal dari 8 area, antara lain:
1.         Licensing and Investment Management atau Perijinan.
Area perijinan ini tidak melulu tentang perijinan perpajakan, namun juga usaha/bisnis yang dikenal dengan nama online single submission (OSS). Pengelolaannya dibawah Kemenko Perekonomian, INSW, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
2.         Facilitation Management.
Penyediaan informasi dan asistensi dalam rangka menarik investasi melalui program GO-FAST. Informasi dan asistensi yang disediakan berupa fasilitasi berupa insentif fikal maupun prosedural.
3.         Clearance Management.
Erat kaitannya dengan dwelling time (DT), yang merupakan salah satu unsur penilaian ease of doing business (EODB). DT merupakan salah satu pertimbangan investor sebelum memutuskan berinvestasi di suatu negara. Bea cukai memaksimalkan peran sistem CEISA-nya dalam pelaksanaannya.
4.         Revenue and Treasury Management.
Peran aplikasi SPAN dan MPN-G2 dioptimalkan dalam menyediakan informasi berkaitan dengan administrasi fiskal.
5.         Protection and Compliance.
Informasi pengawasan berguna dalam upaya perlindungan/proteksi, karena dapat memeberikan deteksi dini hingga memelihara kepatuhan pengguna jasa.
6.         Supply Chain Management.
Dapat digunakan dalam mempermudah alur logistik, bukan hanya dengan mengurangi DT namun juga logistic cost.
7.         Communication Management.
Informasi yang komprehensif, bisa digunakan dalam strategi komunikasi publik, baik dengan membangun opini publik maupun menjaga hubungan dengan stakeholder.
8.         Statistic and Security Support.
Penyediaan informasi untuk kepentingan analisis neraca perdagangan, bahkan pengawasan atas narkoba hingga terorisme.
.
Kedelapan area atau fungsi di atas, kemudian membentuk informasi bisnis dan ekspor-impor yang terintegrasi pada suatu Big Data. Informasi yang terdapat dalam Big Data kemudian diproses secara modern, dianalisis, dan filterisasi sehingga menghasilkan output berupa Smart Information.
.
Smart Information inilah yang merupakan produk unggulan program ISCE. Melalui Smart Information, Bea cukai mencoba membuat irisan dari seluruh proses bisnis baik internal maupun eksternal Kemenkeu. Program ISCE merupakan turunan dari program nasional Indonesia Single Risk Management (ISRM), sehingga menjadikan cakupannya juga meliputi eksternal Kemenkeu. 
.
Smart Information 
.
Disebut Smart Information karena memang informasi yang dihasilkan berupa profil sekaligus risiko. Informasi berupa profil dan risiko, dapat digunakan kembali oleh ke-8 area yang sebelumnya memberikan informasi ke Big Data. Alhasil proses collecting data 2 arah terjadi, sehingga dapat meng-update informasi pada Big Data. 
.

Smart Information akan disediakan dalam 3 kategori menurut bentuknya:
1.         Informasi Umum, yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri.
2.         Informasi Terbatas, sesuai kebutuhan atau domain pengguna informasi.
Informasi Komplit, yang hanya dapat digunakan oleh pengguna informasi tertentu.
.
Smart Information berdasarkan sifatnya, juga akan memberikan informasi yang tidak melulu reporting. Informasi yang diberikan bisa berupa profilling, detecting, monitoring hingga forecasting. Penyediaan informasi yang komprehensif ini sesuai dengan tuntutan era revolusi industri 4.0, dimana teknologi informasi sudah mencapai level virtual roboting. 
.

Kegunaan ISCE dalam mengintegrasikan proses bisnis, menjadikannya tidak hanya mempunyai makna harfiah, yaitu cerdas. Akan tetapi juga memberikan makna berupa parameter, yaitu:
                S              = Secure
                M            = Measurable
                A             = Automated
 R              = Risk Management Based
                T              = Technology Driven
.
wallahu a'lam 

#beacukai
#smartcustoms
#ISCE
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stop Import, The Dream That (never) Comes True

President Joko Widodo ordered to echo hatred for foreign products when he opened the 2021 Ministry of Trade meeting. Mr. President also want...