Rabu, 27 Maret 2019

Surplus Neraca Perdagangan apakah berlanjut terus?



Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan (NP) nasional bulan Februari 2019 yang berhasil menghentikan rentetan hasil negatif. NP berhasil berada di teritori positif setelah mencatatkan surplus USD 329,5 juta. Kinerja positif tersebut didorong oleh performa nonmigas yang berada dikondisi positif. Performa migas sendiri masih mager di zona negatif, sepertinya hanya keajaiban yang bisa membawanya naik menjadi positif. Pertanyaannya, apakah kinerja NP sudah membaik? Bagaimana kondisi surplus tersebut terbentuk?
.
Bicara surplus neraca perdagangan, maka tidak lepas dari pandangan bahwa nilai ekspor yang lebih besar dari nilai impor. Pandangan tersebut tidak salah, karena memang posisi ekspor di bulan Februari 2019 (USD 12,53 miliar) lebih besar dari impornya (USD 12,20 miliar). Namun demikian perlu diketahui bahwa kinerja ekspor tersebut adalah tidak lebih baik dari tahun lalu (yoy).
.
.
Menurut BPS, kinerja ekspor bulan februari 2019 tercatat lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kondisi tersebut terjadi baik di ekspor migas maupun nonmigas. Kekhawatirkan ada di kinerja negatif ekspor nonmigas yang cenderung turun trennya. Karena saat ekspor nonmigas turun, biasanya disebabkan oleh melambatnya kinerja sektor manufaktur yang merupakan kontributor utamanya. Bila sektor manufaktur melambat, maka dampak ke ekonomi bakal terasa.
.
Performa impor bulan februari 2019 lebih buruk lagi. Penurunan kinerja impor (13,98 persen) lebih dalam dibandingkan ekspor (11,33 persen). Hal itu bahkan diindikasikan sebagai salah satu faktor penyebab surplusnya NP bulan ini, selain karena melempemnya ekspor nasional tentunya.
.
Impor masih didominasi oleh impor bahan baku. Perlambatan kinerja terjadi disemua kategori barang, terutama impor barang konsumsi. Hal ini disebabkan oleh prospek kinerja investasi tumbuh moderat, kinerja ekspor melambat, dan moderasi kinerja sektor manufaktur dan pertambangan mempengaruhi impor bahan baku dan barang modal. Belum lagi dampak pelemahan kurs, serta kebijakan PMK 110.
.
Impor untuk kebutuhan industri pengolahan (manufaktur) tumbuh negatif, seolah mengonfirmasi turunnya kinerja ekspor manufaktur. Impor migas mengalami penurunan terdalam. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh peningkatan harga minyak dunia sebagai akibat dari kesepakatan pengurangan produksi para juragan minyak dunia.
.
Bila kembali menengok kinerja NP tahun 2018 lalu, maka pada bulan Februari juga terjadi peningkatan kinerja. Menurut data Bea Cukai defisit NP saat itu membaik menjadi negatif USD 0,06 miliar dari bulan-bulan sebelumnya yang mencapai lebih dari negatif USD 0,75 miliar.
.
Sepanjang tahun 2018, defisit NP disebabkan dalamnya defisit migas (-USD 12,51 miliar) yang tidak diimbangi oleh kinerja nonmigas yang hanya mampu surplus USD 1,46 miliar. Tahun 2019 kinerja migas tidak berubah banyak, yaitu masih defisit sejak awal tahun. Sehingga kinerja NP jelas sangat tergantung pada performa sektor nonmigas.
.
Melihat pola kinerja sektor nonmigas tahun 2018, terjadi peningkatan performa dari bulan Januari hingga berakhir di bulan Maret. Kemungkinan terjadi kesamaan pola cukup besar, mengingat tidak ada perubahan struktur ekonomi secara signifikan. Alhasil,  peluang surplus NP nasional masih ada. Bahkan bila menarik data kinerja ekspor 2 tahun kebelakang, pada bulan Maret ekspor selalu lebih tinggi dibandingkan 2 bulan sebelumnya.
.
Akan tetapi bila terjadi hal sebaliknya (defisit NP), maka negeri ini harus peka bahwa terdapat sinyal ketidakberesan pada ekonominya. Dimana sektor industri pengolahan, sebagai kontributor utama ekspor terindikasi mengalami pelemahan. Jangan terlena dengan surplus NP bulan ini yang tidak menggambarkan perbaikan kondisi NP. Berilah perhatian pada industri dalam negeri, karena jangan bermimpi untuk naik level menjadi high income country bila manufakturnya tidak diurusi.
.
wallahu a'lam 

#neracaperdagangan
#CAD
#eksporimpor
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stop Import, The Dream That (never) Comes True

President Joko Widodo ordered to echo hatred for foreign products when he opened the 2021 Ministry of Trade meeting. Mr. President also want...