Sepertiga
hidup kita di kantor
.
Beberapa hari yang lalu
saat sedang merapikan meja kerja, Saya mendapati beberapa
undangan pernikahan pegawai. Sepintas tidak ada yang
aneh, namun saat
memeriksa satu persatu undangan itu saya
menemukan suatu kesamaan. Mempelai dan keluarga, alamat, hingga tanggal resepsi
pasti berbeda tiap undangan, hanya satu yang relatif tidak berubah, yaitu ayat
pernikahan (QS Ar Ruum 30: 21) :
“Dan diantara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”.
.
Dari ayat pernikahan itu,
masyarakat mendoakan mempelai dengan: ”Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah”. Saya tidak
sedang mengkaji
keshahihan doa tersebut, namun Saya ingin mengaitkan doa kepada pasangan pengantin dengan Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai (bea cukai). Ulasannya pun disesuaikan dengan
memulai membahas mawaddah, rahmah, lalu
kemudian sakinah.
.
Kenapa Saya menyamakan doa mempelai menjadi
doa Kita dengan Bea Cukai? Bila melihat porsi hidup sehari-hari, hampir sepertiganya dihabiskan
untuk bekerja di kantor yaitu mulai 07.30 hingga 17.00. Mungkin ada yang berpendapat kurang dari sepertiga,
karena sabtu dan minggu adalah hari libur.
.
Perlu
diperhatikan bahwa terkadang beberapa orang menghabiskan waktunya di kantor
lebih dari jam 17.00 atau datang lebih awal dari 07.30.perlu diingat juga, rekan-rekan yang berkantor di luar homebase-nya
yang otomatis mengurangi kebersamaan dengan keluarga. Hal-hal itu lah yang menjadi pengurang dan penambah rata-rata
interaksi Kita dengan pekerjaan yang di kisaran sepertiga atau 8 jam sehari.
Bea
Cukai yang Mawaddah
.
Ulama sebagian mengartikan ‘mawaddah’
sebagai perasaan
cinta yang lahir
dari tampilan fisik. Hal itu wajar, bahkan dalam suatu hadist menjelaskan bahwa ‘seorang laki-laki menikahi seorang wanita karena 4 perkara’. Bea cukai saya
personifikasikan sebagai wanita
karena kemampuan multitasking-nya, yaitu mempunyai 3 tugas dan fungsi yang semuanya saling bertolak
belakang.
.
Menurut ahli, wanita piawai ber-multitasking karena sekat antara otak kanan dan kirinya (corpus collosum) lebih tebal 3 kali dari pada laki-laki. Tidak heran sering dijumpai wanita melakukan kegiatan memasak, mengurus
anak, bahkan menonton infotaintment pada waktu yang bersamaan.
Berbeda dengan laki-laki yang rata-rata tidak sanggup melakukan pekerjaan rumah
tangga sekaligus.
.
Kembali ke laptop, 4 hal yang menjadi pertimbangan laki-laki menikahi seorang
wanita tadi adalah hartanya, keluarganya, kecantikannya, dan agamanya. Pertama hartanya,
terkadang seorang laki-laki mempertimbangkan hal ini. Namun demikian harta tidak
melulu diartikan sebagai kekayaan, bisa juga diartikan dengan pendidikan. Bila diibaratkan
sebagai bea cukai, maka remunerasi yang relatif lebih baik dibanding kementerian/lembaga
(K/L) lain diyakini menjadi referensi yang utama.
.
Demikian juga dengan pendidikannya, bea cukai mempunyai jenjang pendidikan dan pelatihan yang cukup mapan. Tidak hanya menyediakan
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kompetensi kerja, namun juga memberikan
kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan umum dalam bentuk beasiswa.
.
Kedua keluarganya, dimana
semua pasti menginginkan sang calon berasal dari keturunan baik-baik. Pun demikian bea cukai, yang merupakan salah satu unit eselon satu di bawah Kementerian Keuangan. Citra
kemenkeu yang mempunyai kinerja baik dan sudah tereformasi, tentu menjadi daya
tarik tersendiri bagi banyak orang untuk bergabung.
.
Ketiga kecantikannya, ada
ungkapan ‘cantikmu mengalihkan duniaku’ yang dialami banyak laki-laki. Bagaimana
dari banyak wanita, hanya dia yang mencuri perhatian. bea cukai juga demikian, mungkin
ada sebagian yang tertarik disebabkan karena doktrin semi militer yang membentuk
jiwa disiplin para pegawainya. BC sendiri adalah satu dari sedikit institusi sipil
negara yang menggunakan seragam selain TNI/Polri.
.Keempat agamanya, ada juga yang mengartikan sebagai akhlak. Kesamaan akidah menjadi prioritas utama dalam pernikahan bagi banyak orang, namun akhlak mulia juga menjadi faktor penting. BC dalam beberapa tahun terakhir telah mereformasi dirinya menjadi lebih baik. Program penguatan reformasi seperti penertiban impor, cukai, dan ekspor berisiko tinggi terus dilakukan. Bahkan pimpinan tertinggi BC pada tahun 2017 mendapatkan penghargaan anti korupsi atau Muhammad Hatta Award.
.
Bea
cukai yang Rahmah
.
‘Rahmah’ bagi sebagian ulama dimaknai sebagai rasa cinta yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam atau ketulusan hati. ‘Rahmah’
dapat pahami melalui konsep rahim, dimana wanita rela menderita selama 9 bulan
lebih karena cintanya yang dalam pada
bayi. Hal ini
menjadikan cinta tidak hanya karena tampilan fisik yang ada masanya. Karena wanita
yang cantik jelita atau lelaki yang gagah perkasa, akan berubah menjadi tua
renta pada waktunya.
.
Bea cukai tidak selalu berada di
situasi yang aman-aman saja. Bea cukai juga mengalami pasang surut kehidupan, yang bila tidak ada sifat ‘rahmah’ pegawainya
mungkin sudah dipandang sebelah mata oleh masyarakat. akan tetapi, sifat ‘rahmah’ yang tertanam di hati para pegawainya membuat bea cukai terus dapat berkarya dan berkiprah lebih jauh.
.Bea cukai terus berkembang siiring kemajuan teknologi dan menolak untuk ditelan jaman. Apa yang terjadi dengan Nikon, Blackberry hingga Uber yang menjadi korban modernisasi di semua lini, menjadi penyemangat bea cukai untuk terus maju.
.
Bea
Cukai yang Sakinah
.
‘Sakinah’ dalam beberapa terjemahan diartikan sebagai tenteram ataupun
‘tenang’. Namun tenang di sini menurut ulama berbeda dengan tenang dalam arti tuma’ninah, yang merupakan ketenangan
yang didapatkan dari ibadah. Sebagaimana shalat yang gerakannya seperti ruku’,
harus dikerjakan dengan tuma’ninah
atau dilakukan sampai jiwa merasa tenang.
.
‘Sakinah’ menurut sebagian ulama berarti ketenangan yang lahir setelah
melewati proses gelombang persoalan.
Ketenangan dalam ‘sakinah’ di ibaratkan
ketenangan pada daun atau ranting yang sebelumnya di tiup angin, atau
ketenangan sebuah kapal yang selesai menghadapi badai dan ombak. Hence, arti dan nikmatnya ketenangan
akan terasa saat sesuatu (angin atau badai) selesai menerpa.
.
Seperti kehidupan rumah tangga maka pun
demikian dengan Bea Cukai, sudah berapa banyak gelombang persoalan yang
dihadapi sampai saat ini. Bahkan bisa jadi tidak akan pernah selesai dan terus
menjadi makanan sehari-hari bagi pejabatnya. Namun harus kita akui bahwa saat
satu persoalan selesai dihadapi, terdapat kenikmatan tersendiri yang dirasakan.
.Saya ambil contoh persoalan penerimaan, yang merupakan salah satu tugas dan fungsi bea cukai sebagai revenue collector. Bagaimana persoalan penerimaan muncul sebagai akibat dari persoalan ekonomi nasional, regional hingga internasional. Bahkan pada penerimaan cukai, bea cukai harus mampu menyeimbangkan peran cukai sebagai fungsi pengendalian di satu sisi namun juga dituntut fungsi penerimaan di sisi lain.
.
Sakinah hasil
dari mawaddah wa rahmah
.
Bea cukai pernah merasakan
suasana yang ‘sakinah’ pada saat berhasil
melewati target penerimaan pada APBN 2 tahun terakhir,
yaitu 2017 dan 2018 yang masing-masing 101,6 persen dan 105 persen. Kinerja positif penerimaan tersebut dicapai
dengan upaya yang tidak mudah, karena dibayangi kegagalan mencapai target pada
2 tahun sebelumnya. Perasaan ‘mawaddah wa
rahmah’ yang tertanam pada diri setiap pegawai, mampu menggerakkan sifat
pantang menyerah dan kerja keras demi mencapai target yang diamantkan.
.
Pada tahun 2019, bea
cukai kembali diterpa persoalan penerimaan. Kondisi perekonomian global sedang
tidak kondusif, sebagai buntut dari perselisihan dagang dua negara adidaya dan diperburuk
situasi geopolitik yang masih memanas. Sebagai negara dengan sistem ekonomi
terbuka Indonesia jelas terdampak, yang diindikasikan dengan stagnannya
pertumbuhan ekonomi nasional.
.
Penerimaan kepabeanan dan
cukai sangat dipengaruhi kondisi global, terutama penerimaan bea masuk (BM) dan
bea keluar (BK) yang salah satu faktor fundamentalnya adalah kinerja impor dan ekspor
nasional. Melambatnya perdagangan dunia berpengaruh pada melambatnya aktifitas
impor, yang berakibat tertekannya penerimaan BM.
.
Perang dagang juga memberikan
dampak negatif terhadap kinerja ekspor, terutama ekspor komoditas. Kondisi itu
diperburuk dengan pelemahan harga komoditas sebagai imbas turunnya permintaan
global. Alhasil penerimaan BK yang sebagian besar berasal dari ekspor
komoditas, mendapat hantaman keras dari kedua kondisi tersebut.
.
Penerimaan cukai yang
merupakan sumber penerimaan kepabeanan dan cukai terbesar, mengalami situasi
yang tidak jauh berbeda. Perekonomian nasional yang terkena dampak perlambatan
ekonomi dunia, mempengaruhi permintaan akan barang kena cukai terutama rokok
yang semakin menurun pertumbuhan produksinya, meskipun di satu sisi menjadi
sinyal baik pengendalian.
.
Mengatasi persoalan
tersebut, sifat dan rasa mawaddah wa
rahmah jelas sangat dibutuhkan saat ini. Kecintaan kepada institusi perlu
diterjemahkan dengan sikap kerja keras, peningkatan efektifitas pelayanan dan
pengawasan dalam mengamankan target penerimaan. Meski dianggap sepele, namun
rasa cinta kepada institusi atau korsa, kini menjadi faktor penting dalam
menggali dan memaksimalkan potensi penerimaan.
.
Upaya – upaya ekstra,
bukti ‘mawaddah wa rahmah’, terus diperkuat
antara lain seperti joint program hingga
Penertiban Impor, Cukai, Ekspor Berisiko Tinggi (PICE-BT). Sistem teknologi dan
informasi selalu dikembangkan guna mendukung dan mengefektifkan upaya – upaya tadi,
melalui pembangunan Smart Customs –
Excise dan Smart Information.
.
Semoga saja wujud rasa
cinta dan kasih dalam ‘mawaddah wa rahmah’
tadi, mampu memaksimalkan semua potensi yang ada baik kinerja maupun
penerimaan. Sehingga target penerimaan kepabeanan dan cukai yang diamanatkan pada
APBN Tahun 2019 dapat kembali ‘sakinah’ sebagaimana
tahun-tahun sebelumnya, amin.
.Wallahua’lam.